Jangan Biarkan Kekurangan Anda Membatasi Diri Anda Untuk Maju

Welcome To SUARA WALET_007

Monday, September 30, 2013

Apa Itu Burung Walet?

Apa Itu Burung Walet?

Sebelum saya menjelaskan, bagaimana cara beternak burung walet, alangkah baiknya kita terlebih dahulu mengenali ciri-ciri, jenis-jenis, dan sifat-sifat yang di miliki burung walet.

Walet merupakan burung pemakan serangga yang bersifat aerial dan suka meluncur. Burung ini berwarna gelap. Terbangnya cepat dengan ukuran tubuh sedang. Sayapnya berbentuk sabit yang sempit dan runcing. Sayap walet sangat kuat. Kakinya sangat kecil sehingga burung jenis ini tidak pernah hinggap di pohon. Paruhnya sangat kecil. Walet mempunyai kebiasaan berdiam di gua-gua atau rumah-rumah yang cukup lembab, remang-remang sampai gelap. Walet menggunakan langit-langit untuk menempelkan sarang sebagai tempat beristirahat dan berkembang biak.

Jenis-jenis Walet
Ada beberapa jenis walet yang dikenal di Indonesia yang dapat menghasilkan sarang. Namun, tidak semua sarang yang dihasilkan bisa dikonsumsi dan memiliki khasiat. Karena kondisi lingkungan yang cocok, Indonesia memiliki enam jenis walet. Beberapa jenis tersebut dapat dibedakan berdasarkan ukuran tubuh, suara, warna bulu, tingkah laku dalam membuat sarang, dan bahan yang digunakan dalam membuat sarang. Karena burung walet gemar terbang melayang di udara, burung walet sering disebut burung layang-layang.

Banyak orang berpendapat, bahwa burung sriti adalah burung layang-layang. Burung sriti yang bersarang di rumah dan sarangnya dapat dimanfaatkan untuk menetaskan telur walet. Semula, burung ini dianggap anak jenis dari walet sapi karena sepintas hampir sama. Bulu badan bagian atas sriti berwarna hitam kehijauan mengkilat dan tidak memiliki bulu kecil di atas ibu jari kakinya. Sedangkan walet sapi, bulu penutup tubuhnya berwarna hitam kebiruan mengkilat dan di atas jari kakinya terdapat bulu kecil.

Semua jenis walet memiliki bentuk tubuh yang hampir sama. Burung walet lebih suka menggantung pada batu-batu karang dengan menggunakan cakarnya yang tajam dan bersarang di gua-gua atau langit-langit rumah. Oleh karena kebiasaannya hinggap di langit-langit rumah, orang “menjaringnya” agar burung ini mau bersarang di rumah yang didirikan.

Berikut ini adalah jenis-jenis walet yang ada di Indonesia : 

a. Walet putih
Walet putih, disebut demikian karena menghasilkan sarang berwarna putih. Bulu walet ini berwarna cokelat kehitam-hitaman dengan bulu bagian bawah keabu-abuan atau cokelat. Bulu ekor sedikit bercelah. Suaranya melengking tinggi. Termasuk walet berukuran sedang dengan panjang tubuh sekitar 12 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam.

Sayap walet ini lebih kaku dan terbangnya juga lebih kuat. Bila ia mencari makan jarang berputar-putar di tempat yang rendah. Walet putih lebih suka mencari makan dekat pohon-pohon tinggi yang banyak terdapat serangga kecil. Juga sering terlihat meluncur ke dalam air untuk mandi dan minum, lantas terbang lagi.di alam, sarangnya terletak di celah-celah batu karang, atau gua kapur yang sulit dicapai. Sarang tersebut seluruhnya terbuat dari air liur sehingga harganya mahal dan sering dicari pemetik sarang burung. Telur berwarna putih, berbentuk memanjang. Biasanya hanya bertelur dua butir. Walet putih bersarang secara musiman, tergantung pada tempat bersarang yang dipilihnya.

b. Walet besar
Jenis walet ini berwarna hitam dengan bulu bagian bawah cokelat gelap. Bulu ekor agak bercelah. Suaranya keras dan berderik. Merupakan jenis walet yang berukuran paling besar dibandingkan dengan jenis walet lainnya. Panjang tubuhnya sekitar 16 cm.

Karena sayap dan badannya lebih besar, walet ini dapat terbang lebih tinggi dan lebih cepat. Ketika terbang, ia memangsa serangga-serangga kecil yang menjadi makanannya. Walet besar lebih suka bersarang pada lubang-lubang batu (gua kecil), atau pada celah-celah batu dekat air terjun. Sarangnya tidak dapat dimakan. Sarang ini berbentuk mangkok, terbuat dari campuran akar-akaran, lumut, dan serat-serat. Dibandingkan dengan walet jenis lain, sarang walet besar termasuk kotor dan semrawut. Jika bertelur biasanya hanya sebutir. Warna telur putih, bentuknya agak lonjong. Pada bulan November dan Desember walet besar biasanya memasuki musim bersarang.

c. Walet sarang hitam
Warna bulu walet ini cokelat kehitam-hitaman dengan bulu ekor cokelat kelabu. Bulu ekor bercelah sedikit. Walet ini kakinya berbulu merata. Dalam hal ukuran tubuh, ia termasuk berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm. Jika dilihat sepintas, penampilannya sangat mirip walet putih. Mata berwarna cokelat tua, paruh hitam, dan kaki hitam. Tidak seperti walet lain, jenis ini suaranya terdengar mencicit. Walet ini juga memakan serangga-serangga kecil yang disambarnya ketika terbang. Untuk lokasi sarang, lebih meyukai pada gua-gua kapur. Sarangnya disebut sarang hitam karena air liur untuk membuat sarang bercampur dengan bulu-bulu tubuhnya yang berwarna hitam. Bila bertelur hanya sebuah. Warna telurnya putih, berbentuk memanjang. Musim kawinnya sama dengan walet putih. Seperti halnya walet putih, walet sarang hitam juga lebih mudah untuk dibudidayakan dibandingkan dengan jenis walet lainnya.

d. Walet gunung
Warna burung ini hitam, tetapi warna ekornya abu-abu kehitaman. Bulu ekor bercelah dalam. Kakinya sedikit berbulu atau tidak berbulu sama sekali. Suaranya khas suara burung walet yang berderik. Ukuran tubuhnya tergolong besar. Panjang tubuhnya sekitar 14 cm. burung ini terbang berkelompok dengan cepat di dekat tebing atau puncak gunung. Serangga-serangga kecil makanannya disantap ketika terbang. Sarang dibuat di celah-celah batu. Biasanya sarang dibangun pada bekas kawah pegunungan. Karena terbuat dari rumput-rumputan dan hanya sedikit atau tidak ada air liur pada bahan sarangnya, maka sarang walet gunung tidak dapat dimakan. Pada musim kawin, biasanya bertelur dua butir.

e. Walet sarang lumut
Bulu burung ini berwarna cokelat kehitam-hitaman, tetapi warna ekor lebih gelap. Ekornya hanya sedikit bercelah. Dilihat dari jauh, penampilannya mirip dengan walet putih. Suara melengking tinggi. Tubuhnya berukuran sedang. Panjang tubuhnya sekitar 12 cm.

Jenis walet ini jarang dikenal orang karena sulit ditemui. Sarangnya dibangun pada bagian-bagian gua yang lebih dalam dan sangat sukar untuk dicapai. Kuat terbang jauh dan tinggi. Jarang sekali terbang berputar-putar rendah dekat permukaan tanah. Sambil terbang ia langsung memangsa serangga-serangga kecil. Sarangnya bagus dengan permukaan yang halus dan bentuknya lebih bundar. Lumut digunakan untuk tambahan sarang sehingga sarangnya disebut sarang lumut.

f. Walet sapi
Walet ini berbulu hitam kebiru-biruan dengan warna yang mengkilat. Bulu bagian bawah kelabu gelap, bagian perut agak putih. Ekornya sedikit bercelah. Merupakan jenis walet yang berukuran paling kecil. Panjang tubuhnya hanya sekitar 10 cm. Mata berwarna cokelat gelap, paruh hitam, dan kaki hitam. Suaranya melengking tinggi. Habitatnya meliputi semua ketinggian permukaan, baik pada padang rumput berpohon terbuka atau hutan.

Walet ini jika terbang berkelompok, tetapi tidak beraturan. Walet sapi tidak kuat terbang jauh. Biasanya terbang rendah hanya berputar-putar di dekat permukaan tanah atau sungai untuk mandi dan minum. Bila mencari makan, sering mengitari pohon-pohon besar dan tinggi yang banyak serangganya, terutama tawon kecil. Sarangnya berbentuk tidak beraturan, terdiri dari campuran lumut dan rumput yang direkatkan dengan air liurnya. Pada celah gua yang terang, celah batu walet sapi dapat bersarang. Bila bertelur biasanya hanya dua butir. Telurnya berwarna putih dan agak lonjong. Walet sapi bersarang tidak tergantung pada musim, ia bisa bersarang sepanjang tahun.
Memahami Sifat-Sifat Walet.

Pada habitat aslinya walet ditemukan bersarang di gua-gua yang terpencil. Umumnya, gua itu di tebing-tebing yang curam dekat laut lepas. Di sekitar gua biasanya dikitari oleh hutan lebat. Walet lebih suka bila daerah itu memiliki perairan (sungai atau danau), padang rumput, dan pepohonan yang tinggi dan rimbun. Pada daerah seperti ini, banyak terdapat serangga-serangga kecil yang merupakan makanan walet. Di Indonesia, walet terdapat hampir di seluruh provinsi. Walet tidak menyukai daerah-daerah yang tandus. Walau terbangnya tinggi, walet tidak menyukai daerah dengan ketinggian lebih dari 1.500 m di atas permukaan laut.

Untuk lokasi sarang walet sangat memerlukan tempat yang lembab. Kelembaban ruang yang dibutuhkan sekitar 85-95%. Suhu ruangan yang cocok untuk walet antara 25–29 0C. Walet menginginkan lokasi yang tenang, aman, dan belum tercemar oleh polusi udara. Walet merupakan burung yang hidup secara berkelompok. Walaupun anggota suatu kelompok dapat pindah ke kelompok lain, tetapi tidak ada walet yang hidup memisahkan diri dari lainnya. Jumlah anggota suatu kelompok walet berbeda-beda, tergantung besar kecilnya tempat tinggal. Semakin besar tempat tinggal walet, maka semakin besar pula anggota kelompoknya.

Dalam suatu rumah atau gua dapat dihuni oleh beberapa kelompok. Walet berkelompok dalam segala kegiatan hidup. Mereka berkelompok antara lain untuk berburu serangga bersama ke hutan. Pagi hari berangkat bersama dan sore hari pulang bersama kembali. Suatu kelompok walet akan membangun sarang-sarang secara berdekatan pada tempat tinggalnya. Tidak pernah dalam suatu rumah walet terjadi perselisihan antar kelompok. Walaupun hidup berdesak-desakan di satu tempat, walet tidak saling mengusik walet lainnya.

Setelah seharian mencari makan, walet pulang dan langsung beristirahat di sarang. Kalau biasanya walet terbang lurus sewaktu berburu, maka sewaktu pulang ke rumahnya walet akan terbang berputar-putar mengelilingi rumah. Pada musim membuat sarang dan bertelur, walet pulang lebih cepat dari hari biasa. Walet memang tipe burung yang memiliki sifat pulang kandang. Walet terikat pada tempat tinggalnya dan senantiasa akan pulang ke tempat itu lagi selama keadaan tempat sesuai dan aman.

Walet menyukai tempat tinggal yang gelap. Lebih-lebih lagi bila sinar matahari yang masuk sangat sedikit. Ini sesuai dengan habitat walet asli di dalam gua yang teduh dan gelap. Tidak seperti binatang lainnya, walet tidak mempunyai kesulitan dengan kegelapan di sekitar sarangnya. Untuk mengatasi keadaan yang gelap ini walet tidak mengandalkan panca indera matanya. Walet menggunakan sistem pantulan suara sebagai alat pengukur jarak (ekholokasi).



Biasanya, walet pulang sesudah senja hari dan keadaan tempat tinggal mereka saat itu sangat gelap. Untuk mengetahui dengan tepat posisi sarang, mereka mengeluarkan suara melengking. Suara yang dipantulkan kembali oleh dinding rumah tempat mereka bersarang, menuntun mereka untuk mengetahui lokasi dalam ruangan. Itulah sebabnya walet dapat masuk ke dalam gua yang gelap tanpa kesulitan di malam hari. Ada juga kekecualian. Jenis walet besar dan walet sapi tidak menggunakan ekholokasi. Keadaan ini berlaku untuk walet yang bertempat tinggal di tempat yang cukup terang.
 
Sarang walet dibuat pada waktu malam setelah pulang. Sarang tidak dibuat sendiri-sendiri. Kedua pasangan walet, jantan dan betina, bekerja sama memoleskan air liurnya membentuk sarang. Pada kerongkongan walet terdapat sepasang kelenjar saliva yang dapat menghasilkan air liur. Pekerjaan membangun sarang dilakukan terus menerus setiap hari. Proses pembentukan hingga sebuah sarang selesai memerlukan waktu 40–80 hari. Bila makanan walet berupa serangga banyak terdapat dan tidak pada musim bertelur, waktu yang dibutuhkan sekitar 40 hari. Akan tetapi pada saat musim bertelur, waktunya bisa dua kali lebih lama yaitu sampai 80 hari.

Di luar musim bertelur, ukuran sarang lebih kecil. Bentuk sarang kurang bagus dan tidak beraturan. Sarang ini dibuat hanya sebagai tempat istirahat. Sebaliknya, sarang yang di buat pada musim bertelur berukuran lebih besar dan bentuknya lebih bagus. Pada saat ini, sarang digunakan selain untuk beristirahat juga untuk mengerami telur dan membesarkan anak walet. Apabila sarang diambil pada musim bertelur, walet akan segera membangun sarang baru kembali. Sarang baru dibuat dalam waktu lebih cepat dari pada pembuatan sarang yang telah diambil. Pengambilan sarang sebaiknya jangan beruntun. Pengambilan sarang secara beruntun dalam waktu musim bertelur akan merugikan. Walet akan kehilangan rasa aman. Apalagi bila orang yang memetik sarang melakukannya ketika walet sudah pulang dan tengah beristirahat atau mengerami telur.

Pada musim kawin, walet akan saling mencari jodoh dengan jalan berkejar-kejaran di udara. Ini bisa dilakukan sewaktu walet berburu serangga. Jantan dan betina akan terbang tinggi saling berkejaran. Pasangan walet yang terbentuk segera mencari tempat yang cocok untuk membangun sarang. Walet kawin setelah sarang yang dibuat bersama-sama terbentuk dengan bagus dan cukup besar. Proses perkawinan bisa berlangsung 5-8 hari, setelah itu barulah si betina akan segera bertelur. Biasanya walet hanya bertelur dua butir. Pengeraman telur juga dilakukan bersama-sama, jantan dan betina akan mengerami telur bergantian sampai saatnya menetas.

Anak walet disuapi dari makanan yang dikeluarkan dari paruh induknya. Makanan ini dapat dicerna oleh bayi walet karena sebelumnya telah dilumatkan oleh induknya. Dalam seminggu, anak walet sudah mulai tumbuh bulu sayapnya. Setelah bulu sayap tumbuh, disusul dengan tumbuhnya bulu punggung. Barulah seluruh bulu tubuh walet bermunculan. Pada umur 45 hari setelah menetas, walet sudah kuat terbang untuk mencari makan sendiri. Seperti burung pemakan serangga umumnya, paruh walet berbentuk segitiga.

Makanan walet terdiri dari serangga-serangga yang biasa menjadi hama bagi tanaman yang dibudidayakan. Serangga-serangga makanan walet antara lain jenis-jenis wereng, kumbang, belalang kecil, laron, semut bersayap, hama putih padi, penghisap batang padi, dan sundep. Secara tak langsung walet merupakan musuh biologi hama tanaman tadi sehingga dapat mengurangi kerugian usaha budidaya tanaman. Dengan demikian walet berjasa bagi usaha pertanian di sekitarnya.

Habitat Hidup Burung Walet

Setiap mahluk hidup pada dasarnya memilih tempat berkembang biak yang aman dan nyaman. Begitu pula burung walet, Sehingga walet memilih tempat yang memenuhi syarat dan sesuai dengan habitat aslinya. 
Sehingga walet memilih gua-gua alam dan bangunan tertentu sebagai tempat pengembangan populasinya. Semakin aman dan nyaman tempatnya maka semakin bertambah pula jumlah populasinya.

Tempat yang sesuai dengan habitat walet adalah bersuhu 26-30 C, berkelembaban udara 80-90% dan dekat dengan tempat ia mencari makan. Bukan hanya itu saja tetapi harus aman dari gangguan, binatang predator, terlindung dari terpaan angin, terik matahari, hujan dan cahaya yang terang.

Cahaya dalam rumah walet tidak boleh melebihi 2fc (foot candle) setara dengan cahaya 2 buah lilin.
Oleh sebab itu diperlukan suatu perlakuan khusus untuk memancing walet atau menjaga dan mengembangkan populasi walet pada bangunan yang sudah dimasuki walet. Perlakuan khusus itu seperti: ukuran bangunan, bak tampung air, lubang ventilasi, ukuran lubang, bau-bauan, mesin kabut, pemberian serangga dari makanan yang dibusukkan, suara walet dan lainnya memang mutlak harus dilakukan.
Mengenali Habitat Walet Mikro dan Makro

Menyiasati atau apapun namanya berharap agar burung walet mau bermain, menginap ataupun tinggal secara permanen tidak terlalu mudah tapi bisa dikatakan tidak terlalu sulit. jadi bahasa yang kita gunakan adalah gampang gampang susah atau susah susah gampang. Indonesia adalah negara yang dapat dikatakan beruntung karena dapat dikembangkannya budi daya walet secara besar-besaran maupun secara perlahan dan bertahap dimulai dengan modal yang minim sekalipun. mengapa bisa dikatakan beruntung ? karena letaknya yang memanjang disepanjang garis katulistiwa atau beriklim Tropis sangat memungkinkan hidup dan tumbuh berkembangnya peternakan burung walet ini. Sekarang ini hampir diseluruh pelosok daratan ataupun pulau - pulau besar dapat dipastikan ada rumah /gedung walet yang tumbuh dan berkembang secara subur.

Hal tersebut menunjukkan bahwa usaha pengelolaan burung walet ini sudah mulai diminati orang banyak walaupun belum bisa dikatakan mayoritas masyarakat indonesia pada umumnya, karena ternyata untuk membangun gedung saja orang sudah dapat berhitung berapa uang yang harus dikeluarkan untuk bangunan ukuran minim meskipun perlantainya hanya seluas 128 centiare akan tetapi orang membangunnya secara standar setinggi 3 lantai berarti 128 x 3 = 384 centiare. Jadi nilai bangunan minimal kalau 1 centiare nya 1 juta atau US $ 100,oo. bisa mencapai 384 juta rupiah atau sama dengan US $ 38.400,oo.(perkiraan kasar).

Kalau kita berniat membangun atau investasi apakah akan menguntungkan ? jawabnya adalah pasti menguntungkan karena dari berbagai penelitian dan pengalaman, semua dapat kita pakai sebagai metode untuk mengukur dan membandingkan mana yang terbaik dan mana yang kurang. Mana yang baik buku atau pengalaman ? Pengalaman adalah yang terbaik karena sekalipun belum secara maksimal berhasil kita sudah mencoba, akan tetapi buku adalah metode koreksi dan intropeksi diri, mengapa hasilnya tidak memuaskan ?
Berangkat dari pengalaman ini maka kasanah bacaan dan buku akan menambah manfaat yang besar untuk menambah hasil yang kurang optimal tersebut.

Banyak bacaan atau referensi buku-buku tentang bagaimana beternak walet, bagaimana walet menghasilkan sarang, bagaimana membersihkan sarang, sampai kepada bagaimana menjual sarang. akan tetapi intisari bacaan mana yang dapat kita serap dan berguna untuk kita pakai mengembangkan rumah walet ataupun gedung walet yang produktif, sulit untuk memilihnya.

Tidak mudah bagi kita memilih bacaan yang sederhana dan praktis yang dapat kita rangkum dan dapat diterapkan secara tepat dilapangan untuk membuat burung walet bermain, menginap dan membuat sarang dirumah/gedung yang kita siapkan.
Bacaannya memang Ilmiah dan sederhana lagi, akan tetapi tidak semudah kita merangkum buku karya ilmiah lainnya yang dapat langsung dapat diterapkan tanpa ada bias ataupun penyimpangan.

Para pakar yang mempunyai pengalamanlah yang dapat kita ikuti gaya dan inovasinya. akan tetapi karena banyaknya pakar tersebar di seantero bumi Indonesia inilah yang membuat kita bingung memilih karena selain biaya nya mahal juga kadang tidak berhasil maksimal .
sebenarnya ilmu walet yang bagaimana yang tingkat keberhasilan bisa diikuti ? Yang bisa diikuti atau kita jadikan guru adalah yang punya rumah/gedung walet yang sudah dihuni burung walet. seberapa tingkat keberhasilannya tidak menjadi masalah dan yang bersangkutan mau mengajak kita memasuki rumah/gedung waletnya.

Belajar dari melihat, mendekat, memegang inilah yang membuat kita melek dan melihat dengan mata kepala sendiri bagaimana rasanya kita berada di kandang walet dan kita baru merasakan bagaimana burung walet menyukai suasana didalam rumah/gedung walet.

Cara Memikat Walet Masuk Rumah 
Biasanya Setelah membangun runah walet selesai bukan berarti sang pemilik tinggal nunggu hasil tetpai ada beberapa hal yang perlu kita lakukan supaya walet masuk rumah yang telah kita siapkan, karena biasanya setelah kita membuat rumah walet walau sudah bertahun-tahun tetapi belum ada juga yang mau masuk, oleh karena itu didalam membangun rumah walet biasanya jika didatangi atau dimasuki oleh burung seriti( Colocalia esculenta ) maka walet akan mengikuti hal ini dikarenakan pola hidup burung walet hampir sama dengan burung seriti. Oleh karena itu ada beberapa teknik yang perlu diperhatikan dalam memikat agat walet mau masuk ke sarang buatan kita :
Kotoran Pemancing Walet, gerombolam seriti yang sebelumnya sudah hadir di dalam rumah dan menghasilkan kotoran, secara tidak langsung dapat memancing walet datang dan apabila merasa tertarik biasanya walet mencoba masuk dan merasakan keadaan didalamnya. jika merasa cocok walet akan menempati rumah tersebut. dan biasaya hal ini yang dilakukan oleh pemilik sarang baru untuk mencoba memancing walet dengan kotoran seriti, biasanya kotoran disebarkan di lantai secara merata, tetapi biasanya ada juga yang memberi pasir untuk menjaga kelembapan ruangan / rumah walet. ada juga kotoran seriti/ walet yang dilumurikan ke tembok dengan alat kuas dan biasanya sebelum di lumurkan di rendam selama 1 hari tujuannya mengurangi kadar amoniak sehingga baunya tidak terlalu menyengat.
Dengan Cara Bau Liur, Cara memancing walet bisa juga dengan memakai tehnik air cucian sarang walet, air ini biasanya di semprotkan atau dikuaskan secara merata di langit-langit rumah / sarang dimana tujuannya agar rumah / sarang walet berbau liur walet, selain air cucian sarang bisa pula digunakan hancuran sarang ditambah air yang kemudian disemprotkan ke dinding / tembok sarang baru. ada juga yang memakai sistem semprot dengan menggunakan campuran putih telur walet dan air. ada juga yang mengunakan telur bebek dicampur madu, dikocok, dan dioleskan pada langit-langit rumah dan dinding jika bisa kompisi telurnya agak banyak. Penyediaan kutu bagi pakan walet bisa menggunakan gaplek dipelataran rumah dan gaplek ditebarkan pada luas ruangan 1-2 m2.
Menyediakan Pakan, Cara memancing walet agar masuk kerumah baru bisa juga dengan menggunakan pakan, yang beruopa serangga-serangga kecil yang beterbangan disawah, rawa-rawa, atau daaerah yang banyak pepohonannya. biasanya untuk pakan ditebarkan di jerami-jerami dilantai didalam rumah, tumpukan jerami tersebut diperciki air terlebih dahulu supaya membusuk dimana dengan membusuknya jerami akan menimbulkan kutu-kutu kecil yang merupakan bahan pakan walet. atau bisa juga menggunakan beras yang dibusukan selama 4-5 bulan. Penyediakan pakan diluar rumah walet bisa juga dilakukan dengan membuat kolam, karena kolam - kolam ini akan dihuni seranga-serangga akuatik, sebaiknya jarak kolam agak dekat kurang lebih 1-2m dengan rumah. selain sebagai penyedia pakan kolam juga berfungsi sebgai pengendali suhu dan penjaga kelembapan ruangan. kolam yang telah kita buat sebaiknya diisi deng air dari sungai-sungai atau rawa-rawa karena air ini banyak menyimpan larva serangga akuatik dan sebaiknya didalam kolam diberi tanaman air sebagai bahan pakan bagi larva akuatik untuk berkembang biak. 
Selain cara -cara diatas sebagian para peternak walet memakai tehnik dengan memutar kaset lengkingan suara burung. yang diputar pada jam 06.00 saat walet keluar dari sarangnya atau pada jam 17.00 pada saat walet kembali kesarangnya.



Friday, September 27, 2013

Mentawai Adalah Tempat Tinggal Ku Sekarang Ini

LETAK GEOGRAFIS

Kabupaten Kepulauan Mentawai merupakan salah satu kabupaten di Propinsi Sumatera Barat dengan posisi geografis yang terletak di antara 0°55’00” - 3°21’00” Lintang Selatan dan 98°35’00” - 100°32’00” Bujur Timur dengan luas wilayah tercatat 6.011,35 km² dan garis pantai sepanjang 1.402,66 km. Secara geografis, daratan Kabupaten Kepulauan Mentawai ini terpisahkan dari Propinsi Sumatera Barat oleh laut, yaitu dengan batas sebelah utara adalah Selat Siberut, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Hindia, sebelah timur berbatasan dengan Selat Mentawai, serta sebelah barat berbatasan dengan Samudera Hindia.

Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 4 pulau besar ditambah pulau-pulau kecil (252 buah). Keempat pulau besar ini adalah Pulau Siberut, Pulau Sipora, Pulau Pagai Utara, dan Pulau Pagai Selatan. Pada tahun 2010 ini secara geografis dan administratif, Kabupaten Kepulauan Mentawai terdiri atas 10 kecamatan, 43 desa dan 202 dusun. Kesepuluh kecamatan tersebut adalah sebagai berikut :

  1.  Kecamatan Pagai Selatan dengan luas wilayah 901,08 km² (14,99 %) dan ibukota kecamatan adalah Bulasat,
  2. Kecamatan Sikakap dengan luas wilayah 278,45 km² (4,63 %) dan ibukota kecamatan adalah Sikakap,
  3. Kecamatan Pagai Utara dengan luas wilayah 342,02 km² (5,69 %) dan ibukota kecamatan adalah Saumanganyak,
  4. Kecamatan Sipora Selatan dengan luas wilayah 268,47km² (4,47 %) dan ibukota kecamatan adalah Sioban,
  5. Kecamatan Sipora Utara dengan luas wilayah 383,08 km² (6,37 %) dan ibukota kecamatan adalah Sido Makmur,
  6. Kecamatan Siberut Selatan dengan luas wilayah 508,33 km² (8,46 %) dan ibukota kecamatan adalah Maileppet,
  7. Kecamatan Siberut Barat Daya dengan luas wilayah 649,08 km² (10,80 %) dan ibukota kecamatan adalah Pasakiat Taileleu,
  8. Kecamatan Siberut Tengah dengan luas wilayah 739,87 km² (12,31 %) dan ibukota kecamatan adalah Saibi Samukop,
  9. Kecamatan Siberut Utara dengan luas wilayah 816,11 km² (13,58 %) dan ibukota kecamatan adalah Muara Sikabaluan,
  10. Kecamatan Siberut Barat dengan luas wilayah 1.124,86 km² (18,71 %) dan ibukota kecamatan adalah Simalegi (Betaet).
Kondisi geografis dan alam Kabupaten Kepulauan Mentawai saat ini sebagian besar merupakan kawasan hutan. Total kawasan hutan ( terdiri dari hutan lebat, hutan sejenis, semak belukar ) memiliki persentase terbesar yaitu mencapai 85,19 % dari luas wialyah Kabupaten Kepulauan Mentawai atau sekitar 512.044 hektar dan sebagian besar merupakan lahan tidur, meliputi 456.956 hektar berupa hutan lebat (76,02 %), 12.348 hektar berupa hutan sejenis (2,05 %), dan selebihnya sebesar 42.740 hektar berupa semak belukar (7,11 %). Sementara itu komposisi luas lahan yang dimanfaatkan untuk budidaya sektor pertanian adalah sebesar 85.809 hektar atau 14,27 persen dari total luas wilayah, meliputi 619 hektar luas lahan untuk sawah (0,07 %), 40 hektar luas lahan untuk tegalan (0,01 %), 68.246 hektar luas lahan untuk kebun campuran (11,38 %), dan 16.944 hektar luas lahan untuk perkebunan (2,81 %).

Luas lahan untuk pemukiman atau rumah hanya sebesar 3.042 hektar atau 0,51 persen dari total luas wilayah. Keadaan lahan untuk pemukiman di Kabupaten Kepulauan Mentawai ini tersebar untuk masing-masing kecamatan. Terkadang untuk mencapai daerah pemukiman disuatu dusun atau desa pada kecamatan yang sama memerlukan waktu yang lama. Hampir sebagian besar transportasi utama masyarakat Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah dengan menggunakan jalur laut.


Secara topografi, keadaan geografis Kabupaten Kepulauan Mentawai bervariasi antara dataran, sungai, dan berbukit-bukit, dimana rata-rata ketinggian daerah seluruh ibukota kecamatan dari permukaan laut (DPL) adalah 2 meter. Kabupaten Kepulauan Mentawai beribukota di Tuapejat yang terletak di Kecamatan Sipora Utara dengan jarak tempuh ke kota Padang sepanjang 153 km. Untuk mencapai ibukota Propinsi Sumatera Barat ini harus ditempuh melalui jalan laut. Begitu pula halnya transportasi dari masing-masing Ibukota kecamatan ke kota Padang ataupun ke Ibukota Kabupaten juga harus ditempuh melalui jalur laut.

Salah Satu Kesenian Mentawai Adalah Turuk Laggai


Turuk laggai dalam artian bahasa Indonesia adalah Tarian Kampung ( Turuk - Tarian sedang Laggai - Kampung), jadi jika diterjemahkan dengan bebas, Turuk Laggai adalah Tarian Kampung atau Tarian Rakyat yang merupakan simbolis dari kehidupan yang sangat menyatu dan mencintai alam. Turuk Laggai , mulanya adalah merupakan sifat dan tingkah laku hewan yang sering dijumpai di alam tempat masyarakat mentawai tinggal  tinggal yang lama-kelamaan diadopsi menjadi sebuah tarian yang sangat-sangat indah.


Biasanya tingkah laku binatang tersebut diperhatikan pada saatmereka sedang berburu, mengerjakan tinungglu atau ladang atau dari ternak peliharaannya sendiri  yang  secara seksama diamati dan dipelajari oleh semua Suku yang ada di Kepulauan Mentawai secara turun-temurun. Dengan pengamatan yang cukup lama, maka hasil pengamatan itu dituangkan ke dalam bentuk tarian (turuk) dalam berbagai bentuk gerak atau uliat yang ditampilkan sebagai hiburan di berbagai pesta adat di Masyarakat Mentawai.

Keterikatan dengan alamlah yang sangat mempengaruhi semua tingkah laku orang Mentawai, termasuk salah satunya seni tari ini yang dinamakan Turuk Laggai. Sehingga di berbagai daerah di Mentawai,gerakan Turuk Laggai tak jauh berbeda, penyebabnya adalah hampir semua daerah  tempat masyarakat mentawai berdomisili,  hewan-hewan yang diamati tak jauh beda sifat dan perilakunya. Gerakan yang ada pada Turuk Laggai sangat memiliki nilai luhur yang penting bagi kehidupan masyarakat di Mentawai.

Seperti Turuk Uliat Kemut yang mana gerakannya merupakan gambaran cinta kasih, Turuk Laggai Uliat burung elang dan monyet (bilou) yang mana gerakannya merupakan gambaran perdamaian antar suku. Nilai-nilai luhur yang seperti inilah yang diserap oleh Leluhur Masyarakat Mentawai. 

Turuk Laggai selain sebagai hiburan pada saat pesta adat berlangsung juga dipakai sebagai hiburan jiwa atau sikma-gere. Pada saat ritual pemang-gilan jiwa para anggota uma dilakukan, Turuk Laggai juga ada di lakukan. Fungsi dan tujuannya agar jiwa orang yang masih hidup yang telah dipanggil oleh Sikerei atau dukun agar tidak menjauh lagi dari badan si pemilik jiwa sebenarnya. Alam Semestalah yang sangat menginspirasi para Leluhur Masyarakat Mentawai sehingga adanya sebuah tarian yang dinamakan Turuk laggai. Tanpa peran serta alam semesta, Turuk Laggai tidak akan pernah ada untuk diwarisi, dijaga dan dipelihara serta dicintai oleh genesasi muda sekarang ini.

Suku mentawai secara garis besar tidak pernah mengetahui siapa orang yang pertama kali tiba di kepulauan mentawai, Tetapi yang jelas asal mula suku yang ada sekarang di seluruh daerah Kabupaten Kepulauan Mentawai adalah dari Pulau Siberut tepatnya Simatalu. Masyarakat suku Mentawai secara fisik memiliki kebudayaan agak kuno yaitu zaman neolitikum dimana pada masyarakat ini tidak mengenal akan teknologi pengerjaan logam, begitu pula bercocok tanam maupun seni tenun. Penduduk mentawai merupakan suku bangsa yang kuno dengan adat istiadatnya. Walaupun pulau mentawai terpencil dan banyak orang Indonesia yang tidak begitu mengenalnya, namun pulau mentawai sangat terkenal di luar negeri , banyak turis mancanegara yang datang kesini hanya untuk menikmati keindahan pantai dan bermain surfing serta melihat langsung kehidupan masyarakat Asli Mentawai. Karena mentawai identik dengan pantai berpasir putih tersebut memiliki ciri khas masing – masing.

Seperti, disepanjang Pantai Timur Selatan, Tenggara Siberut terdapat pulau kecil dan terumbu karang dengan pasir putih yang cocok untuk berjemur, berenang, snorkling, dan menyelam. Pantai Masilok yang dipenuhi oleh pohon nyiur dan sangat indah, taman laut juga bisa dijimpai di Teluk Pokai dan Teluk Katurei. Di selatan Pulau Siberut juga terdapat pantai Sagulubek yang biasa digunakan untuk olahraga selancar/Surfing. 

Di utara pantai Sikabalun, pantai Labuan Bajau merupakan pantai yang cocok untuk rileks dan bermain selancar karena ombaknya yang mencapai 4 meter dengan pecahan gelombang 6 kali yang mendapat pengakuan dari peselancar tingkat dunia seperti, Australia, Jepang, Amerika, Hawaii, Prancis, Selandia Baru, dan dari dalam Negeri seperti  Bali dan Sumatera.

Tidak hanya pantainya saja yang indah tetapi flora dan faunanya pun juga sangat unik. Kepulauan mentawai ditutupi oleh hutan primer dipterocarpacece, hutan primer campuran, rawa, hutan pantai hingga hutan bakau. Setiap pulau memiliki flora masing – masing diperkirakan 5 persen dari tumbuhan yanga ada adalah endemic. Sementara itu, fauna yang terdapat di pulau mentawai adalah hewan yang menyusui, terutama di pulau Siberut adalah binatang endemic seperti spesies primata langka : Bilou atau Kloss Gibbon, Joja (Ata Leilei), Simakobu (Simasepsep), Bokkoi (siteut).


Pulau mentawai juga memiliki lagu dan tari tradisional, tari traditional, alat – alat traditional, dan perlengkapan traditional. Kehidupan penduduk mentawai dipenuhi oleh bercocok tanam, berternak dan berburu. Penduduk laki – laki bertugas untuk berburu sedangkan perempuan memasak dirumah sama seperti suku –suku pedalaman lainnya, pekerjaan berat dikerjakan oleh pihak laki – laki.


Sedikit Gambar-gambar Mengenai Mentawai Island,